Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

Penyakit Scabies (Kudis)

Menerangkan tentang penyakit Scabies secara singkat dan lengkap

Definisi

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit Sarcoptes scabiei. Tungau ini menginfeksi kulit manusia dan menyebabkan rasa gatal hebat, terutama pada malam hari. Kondisi ini dapat menyebar dengan cepat di lingkungan yang padat, seperti rumah tangga, sekolah, atau fasilitas kesehatan.

Penyebab

Penyebab utama scabies atau kudis adalah infestasi oleh tungau Sarcoptes scabiei. Tungau betina ini menggali terowongan di lapisan atas kulit untuk bertelur, yang kemudian menyebabkan reaksi alergi dan iritasi kulit. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfestasi atau kontak dengan barang-barang pribadi yang terkontaminasi, seperti pakaian atau tempat tidur.

Tungau

Patofisiologi

Patofisiologi scabies dimulai dengan penetrasi dan penggalian tungau betina ke dalam stratum korneum kulit, di mana mereka bertelur dan memulai siklus hidup baru. Respon imun terhadap tungau, telur, dan ekskresi tungau menghasilkan gejala klinis berupa pruritus, erupsi papuler, dan ekskoriasi. Reaksi hipersensitivitas tipe IV terhadap antigen tungau juga memainkan peran penting dalam manifestasi klinis.

Epidemiologi

Scabies adalah penyakit yang dapat menyerang semua kelompok usia dan dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih sering ditemukan di daerah dengan sanitasi yang buruk, kondisi kepadatan populasi tinggi, serta keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan. Kasus scabies sering dilaporkan di negara-negara berkembang, dan dapat menjadi masalah serius di lingkungan komunal seperti panti asuhan, penjara, dan sekolah.

Gejala

Gejala utama scabies adalah rasa gatal yang hebat, terutama pada malam hari. Gejala lain yang umum termasuk munculnya ruam berupa erupsi papuler atau pustular, serta terowongan kecil berwarna abu-abu atau keputihan yang terlihat di kulit. Area tubuh yang sering terinfeksi adalah sela-sela jari, pergelangan tangan, siku, ketiak, perut, dan alat kelamin.

Gejala Scabies

Pemeriksaan dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisik pada pasien scabies mencakup identifikasi terowongan di kulit dan tanda-tanda gatal yang parah. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan termasuk mikroskopi dari kerokan kulit untuk mendeteksi adanya tungau, telur, atau kotoran tungau. Tes ini adalah metode diagnostik definitif untuk scabies.

Diagnosis

Diagnosis scabies biasanya ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik. Kehadiran terowongan tungau atau konfirmasi mikroskopis tungau atau telurnya dapat memperkuat diagnosis. Namun, dalam beberapa kasus, diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat klinis dan distribusi ruam khas.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding scabies mencakup dermatitis kontak alergi, dermatitis atopik, infeksi jamur (dermatofitosis), pruritus akibat parasit lain, dan reaksi obat. Penentuan diagnosis yang tepat sangat penting untuk manajemen yang efektif.

Terapi

Terapi utama untuk scabies adalah pemberian agen antiscabies topikal, seperti permetrin 5%, atau agen oral seperti ivermectin. Berikut rinciannya:

  • Krim permetrin: untuk mengatasi scabies pada manusia, krim permetrin 5% merupakan pengobatan pertama yang akan diresepkan oleh dokter. Permetrin dapat membunuh tungau penyebab scabies beserta telurnya. Obat ini dianggap aman dan bisa digunakan oleh orang dewasa, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak berusia lebih dari 2 bulan
  • Krim krotamiton: Krotamiton 10% berfungsi untuk mengobati infeksi scabies serta meredakan gatal di kulit. Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi scabies pada orang dewasa. Ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak tidak disarankan untuk menggunakan obat ini guna menghindari efek samping yang mungkin ditimbulkan.
  • Salep sulfur: Salep sulfur 6% juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai gangguan kulit, termasuk scabies pada manusia. Obat ini bisa digunakan oleh orang dewasa maupun anak-anak setiap malam, selama 3 malam berturut-turut, atau sesuai dengan petunjuk dari dokter.
  • Ivermectin: dosis ivermectin yang direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) untuk skabies adalah 200 mcg/kg peroral dalam dosis tunggal dan diulang pada hari ke-8 atau ke-15. Pada kasus yang parah, seperti skabies berkrusta (skabies Norwegia), skabies dengan superinfeksi, atau skabies yang resisten atau tidak merespons terhadap terapi topikal tunggal, berikan ivermectin sebanyak 5 dosis (pada hari pertama, ke-2, -8, -9, dan -15) dengan mempertimbangkan tambahan dua dosis lagi pada hari ke-22 dan -29 untuk kasus berat. Pemberian ivermectin pada skabies perlu disertai dengan obat topikal permetrim.
  • Antihistamin oral: Antihistamin akan diresepkan untuk mengurangi rasa gatal yang merupakan salah satu gejala scabies pada manusia. Namun, penggunaan obat ini tidak dianjurkan bagi ibu hamil karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin. Selain itu, ibu menyusui, anak-anak, dan lansia perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.
  • Losion kalamin: Losion ini berfungsi untuk meringankan kulit gatal, termasuk yang disebabkan oleh scabies pada manusia. Losion ini dapat digunakan oleh anak berusia lebih dari 2 tahun.
  • Semua anggota keluarga atau kontak erat harus dirawat, meskipun tidak menunjukkan gejala
  • Untuk mencegah penyebaran ulang. Selain itu, barang-barang pribadi seperti pakaian, sprei, dan handuk harus dicuci dengan air panas dan dikeringkan dengan panas tinggi. Tungau akan mati dengan panas diatas 50°C.

Perawatan

Perawatan scabies melibatkan penggunaan obat topikal atau oral sesuai instruksi, menjaga kebersihan lingkungan, serta mengurangi gejala dengan penggunaan antihistamin untuk gatal. Perawatan juga harus memperhatikan pengendalian infeksi untuk menghindari infeksi sekunder akibat ekskoriasi.

Pencegahan

Pencegahan scabies mencakup edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan pribadi, terutama di lingkungan komunal. Pencegahan juga mencakup penghindaran kontak langsung dengan individu yang terinfestasi, serta pengobatan segera bagi individu yang terinfeksi untuk menghentikan penyebaran penyakit.

Komplikasi

Komplikasi scabies termasuk infeksi kulit sekunder akibat bakteri, seperti impetigo atau selulitis. Pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah, scabies dapat berkembang menjadi scabies berkrusta (scabies Norwegia), yang lebih sulit diobati dan lebih menular.

Prognosis

Dengan pengobatan yang tepat, prognosis scabies umumnya baik. Namun, rasa gatal dapat bertahan hingga beberapa minggu setelah infestasi diobati karena reaksi inflamasi residual. Scabies berkrusta memiliki prognosis yang lebih buruk karena kebutuhan akan pengobatan lebih intensif dan risiko penyebaran infeksi yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

  • Centers for Disease Control and Prevention. (2023). Scabies. Retrieved from https://www.cdc.gov/parasites/scabies
  • Chosidow, O. (2006). Clinical practices: Scabies. The New England Journal of Medicine, 354(16), 1718-1727.
  • Strong, M., & Johnstone, P. (2007). Interventions for treating scabies. The Cochrane Database of Systematic Reviews, (3), CD000320.
  • AloDokter.Com. Scabies pada Manusia, Kenali Gejala, Penularan, dan Cara Mengatasinya.
  • WikipediaSarcoptes scabiei.
Informasi Pengobatan Penyakit
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar