Notifikasi
Tidak ada notifikasi baru.

20 Perkara Untuk Dokter Dalam Pengobatan

Hal-hal yang mesti diperhatikan dokter dalam mengobati pasien.

Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah seorang ulama yang memiliki banyak keahlian, beliau seorang ahli fiqih, ahli hadits, ahli tafsir, ahli ushul, ahli nahwu, pemberi nasehat dan lainnya. Beliau adalah seorang mujtahid yang lahir pada abad ke-7 Islam, beliau lahir tahun 691 H dan wafat 751 H; disamping itu semua beliau adalah salah satu ulama yang banyak membahas ilmu pengobatan baik dari segi rohani dan fisik, dalam bukunya 'Zadul Ma'ad' beliau berkata:

Seorang tenaga medis yang ahli dalam upaya pengobatannya selalu memperhatikan dua puluh perkara berikut:

  1. Mencermati jenis penyakit, termasuk kategori penyakit apa?
  2. Memperhatikan penyebab penyakit. Dari mana penyakit itu berasal? Apa penyebab utama dari penyakit itu apa?
  3. Stamina pasien. Apakah staminanya mampu melawan penyakit atau terlalu lemah untuk dapat mengatasinya? Kalau staminanya kuat, mampu melawan dan mengatasi penyakit, sang dokter akan membiarkan saja obat bekerja secara lunak, tidak perlu mengaktifkannya.
  4. Metabolisme-pasien yang normal, bagaimana kondisinya?
  5. Metabolisme-pasien yang tidak normal.
  6. Usia pasien.
  7. Kebiasaan pasien.
  8. Musim saat mengobati pasien, musim apa? Obat apa yang cocok pada musim tersebut?
  9. Negeri dan tanah kelahiran pasien.
  10. Kondisi cuaca saat terjadi penyakit.
  11. Mencermati obat yang digunakan melawan penyakit.
  12. Meneliti daya kerja dan kualitas obat, dan perbandingan dengan stamina pasien.
  13. Yang menjadi target terapi bukanlah semata-mata melenyapkan sumber penyakit saja, tetapi menghilangkannya dengan cara aman tanpa menimbulkan efek yang lebih kompleks. Bila cara terapi itu dianggap tidak aman karena menimbulkan efek penyakit lain yang lebih kompleks, lebih baik dibiarkan saja. Cara terbaik pada saat itu adalah mencoba meringankan penyakit yang ada. Seperti penyakit yang menyerang mulut pembuluh darah. Kalau diterapi dengan cara mengamputasinya atau menyumbatnya, dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi.
  14. Diupayakan terapi dimulai dengan metode yang paling sederhana. Bila mungkin diobati dengan makanan sehat, tidak perlu diberi obat. Kecuali bila harus disembuhkan dengan obat. Bila mungkin diobati dengan obat tunggal, tidak perlu mengobatinya dengan obat ramuan [banyak jenis obat]. Kecuali bila obat sederhana itu tidak mampu meredam penyakit. Di antara kebahagiaan dokter adalah ketika mampu mengobati penyakit cukup dengan makanan sehat, bukan dengan obat. Atau sekadar dengan obat-obatan tunggal, tanpa obat-obat ramuan.
  15. Diteliti terlebih dahulu penyakitnya, apakah memang bisa diobati atau tidak? Kalau tidak mungkin diobati, cukup dijaga stamina dan kondisi tubuh pasien, jangan dipaksakan untuk disembuhkan kalau memang tidak bisa memberikan hasil apa-apa. Kalau penyakit tersebut dapat diobati, harus diteliti, apakah bisa dilenyapkan seratus persen atau tidak? Kalau tidak mungkin dilenyapkan juga harus diteliti, apakah masih bisa diringankan atau diminimalkan atau tidak? Kalau tidak mungkin diminimalkan, paling tidak dihentikan kerjanya sehingga tidak bertambah parah, tetapi harus difokuskan ke arah itu, dengan memperkuat stamina dan memperlemah reaksi penyakit.
  16. Tidak mencampuradukkan proses pembakaran penyakit dengan gurah atau cuci perut. Penyakit terlebih dahulu dibakar, bila proses pembakaran sudah sempurna, baru didorong keluar.
  17. Hendaknya seorang tenaga medis juga memiliki pengalaman tentang penyakit psikologis, penyakit hati, dan terapinya. Karena, itu merupakan pondasi besar dalam terapi penyakit fisik. Reaksi yang muncul pada fisik manusia adalah akibat reaksi kejiwaan dan hatj seseorang. ltu adalah sesuatu yang jelas dapat dilihat, sudah terbukti kebenarannya. Kalau seorang dokter memang cukup mengenal ilmu kejiwaan dan penyakit hati serta terapinya, ia bisa dikatakan sebagai dokter yang sempurna. Sementara dokter yang tidak memiliki wawasan dalam ilmu kejiwaan, meskipun ia ahli di bidang pengobatan penyakit fisik, ia bisa disebut setengah dokter. Setiap dokter yang tidak berusaha mengobati penyakit dengan cara memperhatikan kondisi kejiwaan, meneliti kesehatan hati dan kondisi tubuh secara keseluruhan, di samping juga berupaya memperkuat mental dan inner powernya dengan mengajak bersikap jujur, berbuat baik dan ihsan, serta menghadap kepada Allah dan Hari Akhir, dia bukanlah seorang dokter sejati, melainkan hanya mendokterkan diri yang kurang berkompeten. Di antara pondasi terpenting dalam mengobati orang sakit adalah menganjurkan berbuat baik dan kebajikan, berdzikir, berdoa, bersikap tunduk kepada Allah memohon dan memelas serta bertaubat kepada-Nya. Semua perbuatan tersebut berpengaruh amat besar dalam mengusir penyakit dan mengupayakan kesembuhan, lebih daripada apa yang dapat dilakukan dengan berbagai obat-obatan biasa. Namun, semua itu tergantung pula dengan kesiapan hati, keyakinan, dan kepasrahannya dalam upaya menolak penyakit.
  18. Bersikap lembut dan santun terhadap orang sakit, seperti sikap kita terhadap anak kecil.
  19. Berusaha menggunakan semua jenis pengobatan biasa dan pengobatan ilahiyah, di samping juga dengan sugesti. Karena, banyak kalangan pakar medis yang menggunakan sugesti atau placebo dan membuahkan hasil yang menakjubkan, bahkan tidak bisa dilakukan dengan penggunaan obat-obatan. Seorang dokter yang handal akan berusaha menggunakan segala cara pengobatan untuk menyembuhkan penyakit.
  20. Ini adalah senjatanya para dokter, yakni bahwa dalam melakukan upaya penyembuhan dan pengobatan hendaknya bertumpu pada enam hal: Menjaga kesehatan yang ada, mengembalikan kesehatan yang hilang sebisa mungkin, melenyapkan penyakit, meminimalkannya sebisa mungkin, mencari alternatif yang paling sedikit bahayanya dan menyingkirkan yang lebih berbahaya, meninggalkan yang manfaatnya lebih sedikit demi mendapatkan manfaat yang lebih besar. Enam perkara ini adalah poros dari proses pengobatan. Seorang dokter yang tidak menjadikan enam perkara ini sebagai ukhiyyah*/basis ilmu pengobatannya, bukanlah seorang dokter.

Wallahu a'lam.[]

* Ukhiyyah artinya adalah kehormatan dan harga diri. Bisa juga diartikan sesuatu yang dikenal sebagai pengikat binatang tunggangan.

Disalin dari Terjemah Zadul Ma’ad, Karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Jilid 5 hal 170-173, tahqiq Abdul Qadir al-Arnauth dan Syu’aib al-Arnauth, terbitan Griya Ilmu.

dokter-pasien


Pengobatan Thibbun Nabawy
Gabung dalam percakapan
Posting Komentar